Prestasi Timnas Merosot 2025, PSSI Diminta Bangun dari Grassroots

AnakBola.org – Saat Timnas melesat, publik ikut percaya diri. Tapi ketika grafik menukik, yang terasa bukan cuma di papan skor—melainkan di harapan banyak orang. Sepanjang 2025, performa Timnas Indonesia di berbagai level dinilai memprihatinkan dan memunculkan desakan agar PSSI membenahi fondasi.
Dari Melonjak ke Terjun Bebas: Tahun yang Menguras Kesabaran
Sepanjang 2025, prestasi sepak bola Indonesia disebut menurun drastis. Timnas Indonesia di berbagai kelompok usia yang sempat mencuri perhatian di level Asia bahkan dunia, digambarkan seperti “terjun bebas” dalam rangkaian turnamen.
Di tengah kekecewaan itu, publik juga diingatkan pada jasa Shin Tae-yong yang selama lima tahun membentuk Timnas U-23 dan senior. Pada periode tersebut, Timnas Indonesia U-23 mampu menembus semifinal Piala Asia U-23 2024 dan nyaris lolos ke Olimpiade Paris 2024.
Pergantian Pelatih, Perubahan Gaya, dan Hasil yang Tak Mengikuti
Setelah Shin Tae-yong digantikan Gerald Vanenburg, Timnas Indonesia U-23 disebut mengalami kemunduran. Pergeseran pendekatan dan gaya bermain berujung pada kegagalan meraih gelar Piala AFF U-23 2025, serta hasil yang tak memuaskan di Kualifikasi Piala Asia U-23.
Rangkaian hasil buruk berlanjut ke SEA Games 2025 di Thailand. Timnas Indonesia U-22 yang ditangani Indra Sjafri gagal melangkah jauh setelah tersingkir di fase Grup C—padahal dua tahun sebelumnya Indonesia meraih emas di SEA Games Kamboja.
Di level senior, pergantian pelatih dari Shin Tae-yong ke Patrick Kluivert juga disebut tidak berhasil mengantar Timnas Indonesia lolos ke Piala Dunia 2026. Disebutkan Indonesia tinggal selangkah lagi, tetapi terhenti saat menghadapi Arab Saudi dan Irak pada putaran keempat kualifikasi.
Satu Harapan Besar Mengarah ke 2027
Dengan hasil 2025 yang dianggap mengecewakan, sorotan pun mengarah pada target berikutnya: Piala Asia 2027 di Arab Saudi. Ada kekhawatiran, jika Timnas senior tak mampu menyamai capaian edisi sebelumnya di Qatar—yakni lolos ke babak 16 besar—maka beban psikologis sepak bola nasional akan kian berat.
Namun, narasi yang muncul bukan hanya soal target jangka pendek, melainkan pertanyaan lebih besar: apa yang harus dibangun agar prestasi tidak naik-turun ekstrem?
“Prestasi Tidak Instan”: Dorongan Kuat untuk Pembinaan Akar Rumput
Dali Tahir, mantan pengurus PSSI dan pernah menjadi anggota Komite Etik FIFA, menyampaikan keprihatinan sekaligus garis besar solusi. Ia menegaskan prestasi sepak bola tidak bisa diraih secara instan.
Menurutnya, PSSI—dengan dukungan negara—perlu melakukan pembinaan mulai dari akar rumput. Jika dilakukan serius, disertai fasilitas yang baik dan program yang benar, Indonesia dinilai tidak akan kekurangan stok pemain di semua level.
Realistis Soal Piala Dunia, Serius soal Pembenahan
Dali Tahir menilai kegagalan lolos ke Piala Dunia 2026 adalah hal yang wajar, sekaligus kritik atas pendekatan yang terlalu “bernafsu” tanpa mengukur kekuatan sendiri. Ia menyinggung cara instan, termasuk naturalisasi pemain diaspora, yang menurutnya belum menghasilkan sesuai harapan.
Ia mengajak publik dan federasi untuk lebih realistis: sekalipun butuh waktu panjang, peluang ke Piala Dunia tetap terbuka jika pembinaan pemain lokal dilakukan sejak sekarang dan dijalankan konsisten—karena basis pemain lokal jauh lebih besar dibanding pemain keturunan di luar negeri.
Benahi Rumah Besar PSSI, Baru Bicara Konsistensi Prestasi
Selain pembinaan, Dali Tahir juga menyoroti aspek organisasi. Ia mengkritik jajaran pengurus dan anggota Exco yang dinilai kurang memahami sepak bola, serta menekankan bahwa prestasi akan lebih mudah datang bila organisasi federasi sehat.
Ia juga mengingatkan pentingnya kepatuhan terhadap Statuta PSSI. Dalam pandangannya, pelanggaran aturan tidak boleh dianggap lumrah apalagi menjadi kebiasaan, karena tata kelola yang buruk akan menggerus kualitas keputusan teknis maupun non-teknis.
Di sisi lain, soal pelatih Timnas, ia menilai Indonesia tidak perlu fanatik pada negara tertentu. Sepak bola modern bersifat global; yang paling penting adalah kemampuan pelatih untuk mengangkat prestasi dan bekerja sesuai karakter sepak bola Indonesia.
